Tuesday, December 10, 2019

Perdidikan Rutinitas dan Pendidikan Kualitas

Sangat mengherankan saat saya melihat syarat sekolah memperoleh akreditasi A adalah sekolah yang lengkap dokumennya. dari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru, Standar Isi, standar Proses dan standar lain. kulihat di foto mereka setelah di akreditasi, meja panjang di ruang guru, penuh dengan dokumen yang menggunung. bayangkan saja satu guru harus melengkapi dokumen, buku 1 sampe 4 yang hampir menghabiskan satu rem kertas.



Bagaimana dengan proses belajar mengajar? apakah pengawas mengawasi dengan baik tahap ini? atau pengawas sekolah hanya datang saat sudah disuruh atasan dan turun anggaran? beberapa kali mereka datang ke sekolahku untuk chek list saja, apakah aku membuat RPP dan segala perangkat berbentuk kertas lainnya, sedangkan aku mengajar hanya dilihat sebentar dan langsung para pengawas -yang berapa alasan mengurus menjadi pengawas  sekolah karena sudah bosan mengajar- seharusnya para pengawas sekolah juga memperhatikan proses sekolah-sekolah berjalan dari pertama masuk kelas sampai pulang sekolah, walaupun nanti guru-guru sekolah itu akan 'berakting' baik dan seolah-olah sekolah ini sekolah yang bagus sekali proses belajar mengajarnya dan setelah pengawas pulang maka akan seperti biasa lagi. tapi minimal hari itu sekolah berhasil, walau hanya drama.


Semakin majunya perkembangan jaman, seharusnya para pendidik juga masuk ke dalam era anak-anak didik. di dunia yang serba digital ini, data sudah beralih dari kertas ke penyimpanan digital. untuk apa tumpukan dokumen sedangkan kita sudah bisa menaruhnya tanpa mengeprit di awan (cloud) atau di server sekolah.

yang penting diperhatikan bukanlah kertas melainkan anak didik belajar atau tidak, apakah mereka setelah sekolah makin bertambah ilmunya? apakah makin terbuka pikirannya? apakah dia membawa pulang ilmu baru atau ada hal-hal yang dipelajari hari ini di sekolah yang berfaedah untuk masa depannya? atau dia hanya menjalani rutinitas, hilang dari rumah dan bersekolah  karena mau seperti anak-anak lain?

Guru apakah ke Sekolah berniat untuk memintarkan anak-anak atau hanya karena itu perkerjaannya, masuk kelas dan hanya mengajar sebagai proses transfer ilmu yang sudah ada dan bisa mereka akses via google? hati-hati loh, kalau kita guru tak mengikuti pekembangan jaman kita akan ketinggalan. kalau tak terus belajar hal-hal update maka kita akan ditinggalkan.

Tapi tenang, mesin itu yang tak bisa mereka lakukan adalah mengispirasi dan menjadi contoh teladan, cuma manusia yang bisa. banyak sekali kerja manusia yang sudah digantikan mesin sekarang, bank sudah mengurangi teller karena ATM sudah bisa setor tunai, tukang pos sudah hilang digantikan email dan WA, bahkan pilot helicopter dan kameramen dari udara sekarang hilang jobnya setelah drone ditemukan.

Maka generasi masa depan harus diajarkan juga ilmu-ilmu untuk supaya agar bilamana mereka bertahan di masa depan, selain tetap memberi inspirasi guru juga dituntut menanamkan akhlak yang mulia, di tengah dunia yang terjadi degradasi moral yang luar biasa ini, Netizen sudah berani mengejek orangtuanya dengan kata Boomers karena lahir di era baby boom, dan mereka lahir di era milenial.

Tetaplah menjadi baik, dan menebar kebaikan.

My Hobby is thinking, i live with my wife, my kids and my parents in law

This Is The Newest Post


EmoticonEmoticon