Tulisan ini adalah sebuah refleksi dan gabungan antara pendidikan yang saya tempuh serta pengalaman yang tidak bisa di beli dengan uang. Kita mulai dari ruang lingkup masyarakat Aceh, dan objek bahasa yang kita bahas disini adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab. Namun tidak akan mengabaikan bahasa Indonesia dan bahasa Aceh sebagai contoh di dalam tulisan kali ini.
Sumber Foto: pexels.com |
"Ngapain belajar bahasa Inggris? itu kan bahasa orang kafir."
Begitulah kira-kira pertanyaan itu disodorkan untuk saya pada awal-awal milenium (tahun 2000-an). Saat itu Aceh masih diselimuti dengan konflik. Jika saya pulang ke kampung, banyak yang bertanya seperti itu. Pertanyaan tersebut sebenarnya di lemparkan untuk saya agar saya bisa mempersiapkan jawaban yang tepat. Bukan berarti pertanyaan itu untuk menghalangi-halangi saya untuk belajar bahasa Inggris.
Terus terang saya tidak memiliki jawaban tentang pertanyaan itu. Justru saya ingin balik bertanya "kenapa bahasa Inggris itu bahasanya orang kafir?", lalu saya bertanya lagi "apakah benar bahasa arab adalah bahasa orang muslim?". Kemudian pertanyaan nya menjadi lebih kerucut lagi, "jika bahasa arab adalah bahasa orang muslim, dan bahasa Inggris adalah bahasa orang kafir, lantas bahasa Indonesia adalah bahasa orang jawa?" lalu "bahasa Aceh adalah bahasa orang apa?"
Pertanyaan itu terus tertancap di pikiran tanpa jawaban yang betul pasti dari saya. Tahun 2005 masyarakat Aceh baru mulai terbuka matanya, bahwa bahasa Inggris itu penting. Dengan hadirnya NGO-NGO asing di Aceh saat itu, banyak masyarakat Aceh yang melihat orang-orang berkomunikasi dengan bahasa Inggris agar mendapatkan bantuan dan sebagainya.
Sejak saat itu saya tidak pernah mendengar lagi pertanyaan "Ngapain belajar bahasa Inggris? itu kan bahasa orang kafir.". Dunia sepertinya tentram tanpa pertanyaan itu.
Namun, tahun 2017 ini. Seorang teman yang sama-sama juga belajar di prodi pendidikan bahasa Inggris di sodorkan pernyataan bahwa "bahasa Inggris itu bahasa orang kafir. Ngapain belajar bahasa orang kafir?" Teman saya sepertinya terbawa emosi dan mempostingkannya melalui sebuah media. Saat membaca postingan dia, saya merasa sangat heran, "mengapa pertanyaan ini muncul lagi?". Rasa nya agak sedikit aneh, mengapa masih ada yang berfikiran seperti itu di zaman yang sudah sangat digital seperti saat ini.
Dari sini, barulah saya mencoba untuk mengeluarkan opini saya pribadi tentang fenomena aneh itu. Saya rasa sangat tidak bijak mensematkan kata "kafir" untuk sebuah bahasa. Mari kita lihat sebuah contoh, ada seorang non-muslim membuat sebuah bangku, kemudian apakah pantas kita sebut itu adalah bangku orang kafir? disisi lain apakah pantas kita menyebut sebuah bangku itu muslim jika bangku itu dibuat oleh seorang muslim? tentu saja tidak bukan?
Di Arab, bahasa Arab menjadi bahasa oficial bagi mereka. Disana ramai muslim yang berbicara bahasa Arab, tapi apakah kita harus menutup mata bahwa pada kenyataannya disana pun ada umat kristiani, yahudi dan sebagai nya yang juga berbicara bahasa Arab? bahkan kitab suci merekapun tertulis dalam bahasa Arab. Lantas, apakah masuk akal jika kita mengkafirkan atau memuslimkan bahasa Arab?
Di Amerika pun sama halnya. Disana banyak juga muslim yang berbicara bahasa Inggris. Lantas atas hak apa kita berani meng-kafirkan sebuah bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris?
Beranjak dari sini lah, tidak elok rasanya jika ada suatu kaum yang meng-kafirkan sebuah bahasa (apapun). Kita harus menyadari bahwasanya Allah telah menciptakan manusia itu berbangsa-bangsa. Nah dalam penciptaan manusia yang berbangsa-bangsa itu Allah telah menunjukkan bahwa banyak budaya dan bahasa yang tercipta.
Sejauh ini belum ada satupun penelitian yang mampu membuktikan tentang bahasa Inggris adalah bahasa kafir.
Oleh karena nya, mari kita sama-sama memahami bahwa bahasa itu alat komunikasi yang dianugrah kan oleh Sang Pemilik Jagad Raya ini untuk manusia. Tujuan nya adalah agar manusia bisa saling berkomunikasi dan saling mengasihi.
Bahasa menjadi alat pemersatu umat yang berbeda-beda latar belakang kehidupan, menjadi media untuk penyelesaian konflik, dan bahasa pun menjadi suatu identitas sebuah bangsa.
Semoga tulisan ini tidak disalah artikan. ^_^ So, mari kita belajar bahasa Inggris dan bahasa asing apapun yang menarik untuk dipelajari menurut kita pribadi. Happy learning. ^_^
EmoticonEmoticon