Showing posts with label Teacher's Voice. Show all posts
Showing posts with label Teacher's Voice. Show all posts

Sunday, April 1, 2018

Teacher Voice #3: Pendapat Saya Tentang Sekolah Terbaik di Pidie, Sekolah Sukma Bangsa

Dalam pikiran saya, bayangan sekolah itu adalah guru di dalam ruangan kelas yang berbentuk persegi panjang, guru menerangkan, murid harus duduk diam dan tenang. Begitulah pembelajaran seharusnya.


Siswa Melakukan Presentasi
Guru adalah seorang yang harus besar badannya, punya suara yang lebih lantang dari siswanya, supaya bisa berteriak ke semua siswa untuk diam supaya mendengarkan pelajaran.



Sekolah selalu mengadakan berbagai lomba terbuka untuk umum

Lalu awal bekerja saya bukanlah di dunia tarik suara (mengajar) malah itu pekerjaan yang saya hindari sejak di bangku kuliah ketika saat itu teman-teman sibuk mengajar di les private.
Ada Bazar Buku
Saya pertama sekali bekerja di NGO yang membayar saya setiap bulan di minggu pertama. Empat tahun saya bekerja di Berbagai NGO. Saya mendengar keluhan teman saya yang sudah menjadi guru mengeluhkan mereka dibayar 3 bulan sekali dengan bayaran yang sangat murah.

Lalu saya kehilangan pekerjaan setelah NGO satu per satu pulang ke negaranya, saya mulai kembali menyelesaikan kuliah. Melakukan Praktek Praktek Lapangan (PPL) dan Kuliah kerja nyata (KKN) sekarang disebut KPM (kuliah Pengabdian Masyakarat) dan mulai sedikit mempelajari tentang dunia pendidikan.

Saya mulai senang mengajar, saya  masih  mempelajari teori dan membaca tentang bagaimana mendidik yang baik.

This is The Hardest Part
Sejak menjejakkan kaki –diterima jadi guru- di SUKMA Bangsa Pidie (SSB Pidie) saya merasakan ada suasana berbeda dengan cara SSB Pidie mendidik siswa.

Pembelajaran yang dulu digadang-gadangkan pemerintah adalah PAKEM (pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan) itu saya temukan di sini.

Guru yang ceria dan selalu bersemangat dalam mengajar bisa ditemukan di kelas, kemudian guru juga tidak diktator yang dikelas siswanya harus duduk dikursi, menyilang tangan di meja, mencatat dan mendengar dengan seksama, siswa di perbolehkan guru untuk duduk dimana mereka suka, mau di lantai berkelompok atau di lorong diantara kursi dan meja, asalkan dia memperhatikan pelajaran.


Siswa juga tidak dikekang untuk berekpresi, banyak sekali ekstra kulikuler yang bisa mereka pilih untuk mengembangkan bakat. Bahkan kalau tidak ada guru yang bisa melatih bakat mereka SSB Pidie bisa mendatangkan guru tamu dari luar. Misalnya yang saat ini berlangsung beladiri  Kempo. Seminggu dua kali, atlit Kempo Pidie datang untuk melatih siswa Sukma.

Sedangkan untuk mengembangkan bakat siswa lain misalnya olahraga, seni dan bidang pelajaran SSB Pidie punya guru handal di bidang masing-masing yang siap untuk melayani anak didiknya meraih prestasi di bidang yang dia berbakat disitu.

Tidak hanya siswa di Sukma yang harus belajar, tapi gurunya juga. Perdwimingguan guru dibekali dengan DEEP (Develoment English) guru disini diajarkan bahasa inggris dasar atau diskusi masalah kendala-kendala dalam mengajar.


Juga ada training dwibulanan untuk menyegarkan kembali semangat mengajar dan semangat ke-SUKMA-an. Motto sekolah Sukma adalah School that learns. Jadi tidak hanya murid, semua perangkat sekolah terus belajar dan terus mengapdate kualitasnya dalam memajukan bangsa.

Saya direkrut oleh SSB Pidie sebagai guru pendamping yang menterjemahkan bahasa ke bahasa inggris di kelas  Internasional  students dari Filipina. Satu semester saya mengobservasi sambil menerjemahkan apa yang guru-guru terangkan pada siswa di satu kelas Mindanao ini.
Kelas Menulis untuk umum (FAME)
Yang saya lihat gurunya sangat bersemangat dalam mengajar. Mereka menguasai materi apa yang akan diajarkan di kelas dengan cara-cara yang unik,  menarik dan tepat sasaran. Misalnya pak Arif, mengajarkan siswa mengukur kelereng dan langsung beliau membawa alat pengukurnya ke kelas, jadi siswa langsung bisa mempraktekkan apa yang mereka pelajari.



Pak Ukis lain lagi, di kelas pak Ukis kami seperti tidak belajar, tapi hanya bermain saja, yang anehnya kelas ini, apa materi yang diharapkan siswa mengerti, semua tersampaikan. Siswa Mindanao ini diajarkan Pak Ukis Bahasa Indonesia, bab cara mengucapkan bahasa dengan benar dengan metode masing-masing siswa disuruh menyanyi dan memilih jauh-jauh hari lagu indonesia yang dia senangi.

Maka dalam proses KBM kita seperti menonton konser atau guru hanya sebagai juri Indonesian Idol. Kemudian lagi pak Ukis dalam KBM juga dalam membuat anak-anak mengerti, dia memainkan game pesan berantai bersama anak-anak. Jadi kelas selalu ceria dan PAKEM yang digadang-gadangkan pemerintah terpenuhi.



Tuesday, March 27, 2018

Teacher's Voice #2: Saya Benci Bahasa Inggris Tapi Sekarang Mengajar Bahasa Inggris

Ini merupakan sebuah kisah nyata dari seorang instruktur bahasa Inggris yang dahulunya beliau sangat membenci bahasa Inggris. Saya memiliki kesempatan untuk melakukan interview sedikit tentang beliau yang telah berpengalaman mengajar bahasa Inggris kurang lebih sejak 2 dekade yang lalu. Ketertarikan saya kepada cerita beliau berawal saat beliau menceritakan bahwa beliau sangat benci belajar bahasa Inggris. Lalu saya menanyakan (dengan penuh keraguan) "tapi bukan kah bapak mengajar bahasa Inggris?". "Iya, saya mengajar bahasa Inggris sekarang" jawab beliau sambil tersenyum. "Bagaimana itu cerita nya, kok bisa suka dengan bahasa Inggris dan bisa mengajar, awalnya bagaimana?"

Kemudian beliau mulai bercerita dari awal beliau sangat benci bahasa Inggris. Sejak SD beliau sudah bersekolah di 4 SD, keluar masuk karena bandel. Pada tingkat SMP pun begitu bahkan tidak lulus SMP dan mengulang kelas lagi.

Sumber Foto: Canva


Pada tingkat SMA, beliau bentrok dengan guru bahasa Inggris karena sang guru terlalu sombong dan juga sedikit arogan dalam mengajar. Lalu beliau terjadi cek cok yang akhirnya beliau melemparkan kapur dan mengenai mata sang guru. Tentu saja, beliau tidak di izinkan masuk lagi ke kelas bahasa Inggris itu. Dan beliau pun tidak peduli dengan kelas itu lagi. Mulai dari situ beliau mencoba bergabung menjadi anggota OSIS di sekolah SMA tersebut. Walau tergolong siswa bandel dan sangat benci bahasa Inggris, beliau mau terjun dalam berorganisasi. Singkat cerita beliau pun tamat di SMA itu dan tidak mengerti apa itu bahasa Inggris plus sangat membenci nya.

Masa kuliah pun sudah pernah beliau rasakan, namun beliau meninggalkan fakultas ekonomi tersebut. Pulang ke kampung halaman di Langsa beliau pun mulai bantu-bantu di restaurant milik keluarga. Saat itu perusahaan minyak di Langsa masih membutuhkan banyak putra daerah yang bisa berbicara bahasa Inggris untuk bekerja di perusahaan itu.

Lalu saudara nya menantangnya untuk belajar bahasa Inggris. Saat itu di kota Langsa tidak memiliki kursus bahasa Inggris yang luar biasa tetap beliau mendengar ada seorang siswa SMP yang membuka kursus bahasa Inggris di rumahnya. Beliau yang sudah berumur 20 tahunan tidak takut untuk belajar bahasa Inggris dari dasar walaupun guru nya seorang siswa SMP.

Beliau sangat terkesima dengan cara sang "guru" kecil itu menjelaskan bahasa Inggris. Simple, sederhana, dan mudah untuk di ikuti - begitulah beliau menjabarkan pola pengajaran bahasa Inggris yang di tunjukkan oleh sang guru kecil tersebut. Di dalam kelas kurus itu ia bergabung dengan anak-anak lainnya, dan beliau tidak malu belajar bersama anak-anak.

Di hari ketiga belajar, beliau sudah mulai menyukai belajar bahasa Inggris, walaupun cuma bisa membaca beberapa kata saja. Justru hal tersebut menjadi motivasi tersendiri. Di minggu kedua, beliau sudah mulai ketagihan untuk belajar lebih. Tidak tanggung-tanggung, beliau mengambil semua kelas yang di tawarkan oleh kursus dengan guru yang masih berkemelut dengan dunia SMP.

Singkat cerita beliau sudah mulai semangat belajar bahasa Inggris dan terutama learning autonomy nya sudah mulai aktif. Pada saat ini lah beliau memutuskan untuk kuliah lagi dan jauh dari kampung halaman di karenakan konflik yang melanda di Aceh. Beliau melanjutkan kuliahnya di sebuah universitas di Jogja dengan mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris.

Dari situ beliau mulai belajar banyak tentang teknik mengajar bahasa Inggris hingga beberapa ilmu pendukung lainnya. Alhasil, beliau pun mahir dalam bercakap-cakap bahasa Inggris. Setelah selesai kuliah, beliau kembali lagi ke kampung halaman.

kali ini beliau langsung diterima di sebuah perusahaan minyak di Langsa saat itu hingga beberapa tahun. Setelah perusahaan minyak tersebut tutup, beliau melanjutkan karir nya di bidang pengajaran bahasa Inggris.

Itulah sedikit cerita nyata dari seseorang yang sangat membenci bahasa Inggris namun akhirnya beliau menjadi guru bahasa Inggris.

Semoga kita bisa belajar banyak dari cerita beliau dan semoga menjadi inspirasi bagi semua teman-teman yang sedang berjuang belajar bahasa Inggris. Yakin lah kalian pasti bisa.

Bagi teman-teman yang ingin menyumbang tulisan di Teacher's Voice atau Student's Voice, kirimkan ke dzulgunar[at]gmail[dot]com. Seemoga tulisan teman-teman yang lain juga bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua. Salam sukses selalu - sampai jumpa pada tulisan berikutnya.

Monday, March 12, 2018

Teacher's Voice #1: Metode Mengatur Siswa Dalam Mengajar Presentasi

Teacher's Voice - Ini merupakan pengalaman saya pribadi dalam mengajar presentasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Saya merupakan salah satu instruktur bahasa Inggris di LP3I Banda Aceh. Kami memiliki team pengajar yang hampir setiap minggu kita akan sharing banyak hal tentang mengajar bahasa Inggris. Dari banyak hal tersebut, saya hanya sharing satu pengalaman saja pada kesempatan kali ini yaitu mengajar presentasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Mata kuliah presentasi akan di lalui oleh peserta didik di LP3I pada tahun kedua atau lebih tepatnya pada semester 4. Goal dari perkuliahan ini adalah peserta didik mampu presentasi dengan menggunakan bahasa Inggris dengan lancar.

Saat saya pertama sekali mengajarkan presentasi, saya memberikan banyak hal terkait slide, bahasa tubuh, dan berbagai macam linguistic features sudah saya ajarkan. Setelah beberapa minggu tiba lah waktu dimana setiap siswa harus mempresentasikan sesuatu di depan kelas. Minggu pertama presentasi permasalahan yang muncul adalah siswa yang mendengarkan presenter asyik dengan slide atau hafalan sendiri. Ditambah lagi ada yang ngerumpi, bukan main naik pitam kita, meledak meletus emosi. Walaupun sudah kita tegur dan kita ajarkan untuk bisa melatih diri untuk mendengarkan orang lain presentasi tapi justru semakin membandel.



Sumber foto: canva


Setelah minggu pertama itu, saya mulai mencari cara, bagaimana cara mengatur kelas agar lebih tenang saat ada yang presentasi? Saya coba diskusi dengan team instruktur bahasa Inggris LP3I, dan saya menemukan beberapa metoda yang menarik untuk di terapkan.


Setelah itu saya coba kembangkan lagi dan akhir nya saya menggunakan metode yang diterapkan pada audisi Indonesia Idol, namun agak sedikit saya modifikasi. Tujuannya adalah agar si presenter lebih fokus dalam presentasi, dan yang kedua yang mendengar juga fokus mendengar. Awalnya semua siswa masuk kedalam kelas, tapi kali ini hanya "juri" saja yang ada di dalam kelas. Juri itu adalah para siswanya sendiri.



Saya simulasikan seperti ini:



  • Pertama; siswa yang menjadi presenter 1 akan maju dan akan presentasi. 
  • Kedua; panggil 3 siswa lainnya untuk masuk kedalam kelas juga. Siswa yang lain berada di luar kelas untuk bersiap-siap. 
  • Ketiga;  ketiga siswa itu akan duduk dan menjadi juri. Katakanlah Juri A, B, C, dan akan memberi penilaian terhadap performance si presenter. 
  • Ke empat; masing-masing juri hanya memberi nilai, katakalah 60, 75, 79. Lalu di jumlah dan di bagi 3 maka akan menjadi nilai si presenter 1. 
  • Ke lima; Setelah presentasi dan pemberian nilai, presenter 1 duduk di bangku juri A. Juri A pindah ke tempat duduk Juri B, Lalu Juri C keluar dari kelas.
  • Ke enam; Panggil siswa selanjutnya (yang berada di luar kelas) untuk menjadi presenter 2.
  • Ke tujuh; lakukan hal tersebut hingga semuanya mendapat giliran.


Efeknya:

Pertama, efek yang terasa adalah siswa yang menjadi juri lebih fokus mendengarkan temannya presentasi. Sehingga mereka pun jadi belajar. Mereka yang jadi juri sudah pasti tidak akan "ngerumpi". Lalu efek yang ke dua adalah suasana sedikit mencekam akan di rasakan oleh si presenter. Disini si presenter harus mampu belajar mengendalikan suasana, dan juga tetap fokus pada isi presentasi. Efek yang terakhir adalah, kita sebagai instruktur pun sempat menuliskan hal-hal penting yang nantinya bisa kita bahas (review) di kelas.

Nah, itu dia cara yang saya terapkan di kelas presentasi. Sudah 2 tahun ini saya terapkan dan menurut saya sangat ampuh. Ada beberapa kali saya modifikasi lagi m
enjadi lebih kompleks. Namun tidak saya bagikan di sini, insyaALLAH di lain waktu akan saya coba share kepada teman-teman guru bahasa Inggris. Semoga tulisan saya mengenai metode mengajar presentasi ini memberikan manfaat atau inspirasi bagi para guru bahasa Inggris dimanapun teman-teman berada.

Mungkin ada hal yang kurang tepat atau mungkin salah dalam mengajarkan presentasi dengan pola saya ini. 
Saya sangat senang jika ada di antara teman-teman guru bahasa Inggris yang sudikiranya memberikan masukan melalui kolom komentar di bawah sini, atau boleh juga via contact form.

Bagi yang ingin menyumbang tulisan berupa Teacher's Voice di situ saya, jangan sungkan untuk menghubungi saya via form contact atau boleh juga langsung komen di bawah sini.